Meskipun bukan yang utama, namun ekonomi adalah salah satu faktor
kuat yang mendukung terciptanya keharmonisan sebuah keluarga. Karena,
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan rumah tangga sangat bergantung kepada
kemampuan ekonomi keluarga itu sendiri. Semakin besar kemampuan ekonomi
sebuah keluarga, maka semakin banyak pula kebutuhan-kebutuhan yang dapat
mereka penuhi. Dan semakin kecil kemampuan ekonomi sebuah keluarga,
maka semakin sedikit pula kebutuhan-kebutuhan keluarga yang dapat
dipenuhi.
Masalah ekonomi inilah yang sering kali menjadi pemicu timbulnya
berbagai macam permasalahan di dalam keluarga. Bahkan sudah banyak
sekali kasus-kasus perceraian yang dilatarbelakangi masalah ekonomi.
Gaji suami yang tidak seberapa, tidak dapat digunakan untuk memnuhi seluruh kebutuhan keluarga. Harga-harga terus melonjak, sementara penghasilan suami tidak pernah bertambah, andaipun bertambah tetap saja belum cukup untuk memnuhi kebutuhan keluarga.
Gaji suami yang tidak seberapa, tidak dapat digunakan untuk memnuhi seluruh kebutuhan keluarga. Harga-harga terus melonjak, sementara penghasilan suami tidak pernah bertambah, andaipun bertambah tetap saja belum cukup untuk memnuhi kebutuhan keluarga.
Masalah di atas akhirnya menjadi salah satu faktor yang mendorong
lahirnya para wanita karir. Wanita-wanita yang berpendidikan tinggi
mulai menempati kursi-kursi perkantoran dan lapangan-lapangan pekerjaan
lainnya. Namun, apakah dengan hal ini maka permasalahan di atas telah
teratasi? Sebagian menjawab “Ya”, dan sebagian menjawab “Tidak”.
Setelah masalah ekonomi dapat tertutup oleh gaji sang isteri,
ternyata pada banyak keluarga justru hal ini menjadi satu permasalahan
yang baru. Gaji isteri yang lebih besar dari gaji suami, sering kali
menimbulkan konflik antara suami dan isteri. Biasanya, suami akan merasa
malu, minder, harga dirnya dijatuhkan dan sebagaianya yang akhirnya
menimbulkan pertengkaran antara suami dan isteri.
Pemikiran bahwa suami menempati posisi yang lebih tinggi di dalam
rumah tangga, akhirnya pun menimbulkan pemahaman bahwa isteri hanyalah
seorang wanita yang bertugas mengurusi rumah tangga saja. Sedangkan
masalah ekonomi, mencari nafkah untuk kleuarga dan sebagainya merupakan
tugas laki-laki (suami). Hal ini membuat laki-laki (suami) merasa
tersaingi dan rendah manakala isterinya bekerja dan memiliki gaji yang
lebih besar darinya.
Bagi sebagian besar suami, penghasilan merupakan satu hal yang
memegang peranan yang sangat vital bagi keluarga maupun dirinya sendiri.
Besar kecilnya nominal gaji yang mereka miliki bahkan turut menentukan
harga diri mereka. Maka tidak heran jika konflik keluarga sering terjadi
dan bahkan perceraian un menjadi satu-satunya jalan keluar yang mereka
pilih manakala isteri mereka memiliki gaji yang lebih besar darinya.
Sebenarnya, keadaannya tidaklah harus seperti itu. Sebagai seorang
pemimpin keluarga yang baik, anda jangan sampai menjadikan gaji isteri
yang lebih besar ini sebagai satu penghalang keharmonisan anda. Sikapi
keadaan tersebut dengan penuh kkebijaksanaan. Berikut ini adalah
beberapa resep yang dapat anda gunakan untuk menentukan sikap, manakala
isteri anda memiliki gaji yang lebih besar:
Senantiasa Bersyukur
Sepatutnya anda (suami) bersyukur manakala dianugerahi seorang isteri
yang memiliki penghasilan lebih besar. Seorang suami tidak perlu meras
malu ataupun minder, apalagi sampai merasa bahwa harga diri anda
sebagai laki-laki telah jatuh. Buang jauh-jauh perasaan merasa tersaingi
oleh isteri anda. Tidak pantas seorang suami menganggap isteri yang
telah turut membantu kesejahteraan keuangan rumah tangga sebagai
saingan.
Suami dan isteri merupakan sepasang pegawai dari sebuah perusahaan
yang bernama keluarga. Keduanya harus saling mambantu dan mendukung
semaksimal mungkin agar tercipta sebuah keluarga yang kuat dan harmonis.
Kalau memang sang isteri memiliki gai yang lebih besar, mungkin itu
sudah menjadi jalan bagi pintu rezeki rumah tangga anda. Jadi,
bersykurlah dan jangan menjadikannya sebagai pemicu timbulnya berbagai
macam permasalahan keluarga.
Hindari Sikap Membanding-bandingkan
Hendaknya seorang isteri tidak menyebut-nyebut masalah kesuksesannya
kemudian membanding-bandingkan dengan suaminya. Hal ini tentu saja akan
sangat menjatuhkan sang suami. Boleh kita memberikan motivasi atau
masukan, namun jangan sampai ada unsur-unsur yang mengarah kepada
membandingkan kesuksesan dan atau penghasilan anda (isteri) dengan
suami.
Seorang isteri hendaknya belajar dan menguasai kemampuan untuk
memahami mimik wajah seorang suami. Karena, biasanya hati seseorang itu
dapat tergambar dari mimik wajahnya. Maka seorang isteri harus mengerti
kenapaa tiba-tiba wajah sang suami menjadi murung, kenapa tiba-tiba sang
suami diam, kenapa tiba-tiba wajah suami berubah tegang, dan
sebagainya. Seorang isteri harus dapat membedakan makna dari mimik wajah
yang berbeda-beda tersebut, sehingga mampu menjaga perasaan sang suami
agar jangan samapi tersinggung, rendah diri, kecewa, atau bahkan sakit
hati.
PD
Malu, minder, atau tidak PD (percaya diri), sebenarnya merupakan
salah satu kepribadian yang ada di dalam diri seseorang. Tinggi
rendahnya tingkat keminderan seseorang pun berbeda-beda.
Sifat semacam ini hendaknya disikapi dengan bijaksana oleh sang
isteri. Hendaknya sang isteri tidak menunjukkan sikap yang dapat memicu
timbulnya sifat tersebut pada suami. Seorang isteri yang memiliki gaji
lebih besar, hendaknya tetap menjaga kewajiban dan adab-adabnya sebagai
seorang isteri. Hindari terlalu sering marah dan mencaci kepada suami,
karena hal tersebut berpotensi besar untuk menimbulkan rasa rendah diri
pada suami. Sang suami akan merasa tidak layaklagi dihormati karena
memang ia tidak mampu memanuhi kebutuhan isteri dan keluarganya.
Terbuka
Masih banyak berbagai permasalahan penting yang harusnya menjadi
bahan pemikiran seorang suami dan isteri, daripada harus
mempermasalahkan gaji sang isteri yang lebih besar dari suami.
Kesejahteraan keluarga, masa depan anak dan keluarga, dan sebagainya
merupakan permasalahan yang jauh lebih penting dan harus diutamakan
ketimbang mempermasalahkan penghasilan tersebut.
Masalah ekonomi ini seharusnya merupakan salah satu permasalahan yang
telah sama-sama dimengerti oleh kedua belah pihak sejak sebelum
memutuskan untuk meikah. Sehingga tidak akan ada kata maupun sikap
meyesal dari masing-masing pihak, dapat saling menerima dan mendukung.
Andaipun hal ini terlupakan, dan baru terasa ketika sudah berada di
dalam bahtera rumah tangga, tidak perlu menyesali ataupun menjadikannya
sebagai suatu permasalahan yang akan membawa rumah tangga ke arah
perpecahan atau minimal ketidak nyamanan.
Suburkan sikap saling terbuka antara suami dan isteri. Jangan ada
yang ditutup-tutupi, dan jangan ada yang dipendam di dalam hati.
Bicarakan semua permasalahan atau hal-hal yang kiranya kurang berkenan
di hati masing-masing pihak.
Seberapapun lebih besarnya gaji seorang isteri, tidaklah patut
baginya untuk akhirnya menghilangkan adab-adab seorang isteri terhadap
suami. Dan seberapapun besarnya gaji seorang isteri, ingatlah bahwa
suami adalah kepala rumah tangga, penanggung jawab keluarga, maka
tempatkanlah ia sebagaimana mestinya. Dan seberapa pun jauh lebih
besarnya gaji seorang isteri, tidak sepatutnya seorang suami menjadikan
hal tesebut sebagai pemicu permasalahan keluarga.
Sepasang suami dan isteri hendaknya dapat saling menerima, memahami,
dan saling melengkapi. Jadikan perbedaan penghasilan tersebut sebagai
salah satu penyokong kesejahteraan dan keharmonisan keluarga, bukan
sebagai pemecah.
Demikian artikel yang cukup singkat ini, semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
Source : http://naunganislami.wordpress.com/2009/05/14/jika-gaji-isteri-lebih-besar/