Bahkan bila dibandingkan dengan makhluk malaikat sekalipun, derajat
manusia itu lebih tinggi. Lalu apa yang menjadikan manusia sebegitu
mulia dan tinggi sampai-sampai mengalahkan eksistensi malaikat yang suci
itu? Tidak lain karena akal (baca: otak) yang dimiliki manusia. Akal
pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, termasuk
malaikat. Karena akal, manusia menjadi makhluk yang sangat dinamis,
progresif, sehingga ditunjuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi.
Tanpa otak, kiranya tidak mungkin manusia dipilih sebagai khalifah
karena tidak akan bisa mengatur dan memenej kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Sebegitu pentingnya akal, sehingga nabi pernah bilang tidak
beragama seseorang yang tidak berakal.
Namun dalam realitasnya, tidak semua manusia dapat mengoptimalkan
kekuatan akal untuk menjadi khalifah dan pemenang di muka bumi ini
malah banyak yang menjadi pecundang yang menjatuhkan derajat
kemanusiaan. Itu karena banyak di antara manusia yang mengabaikan
anugerah akal sehingga terjerumus ke dalam lembah kenistaan karena
tidak mampu memelihara perbuatannya.
Jadi, kehebatan dan keterpurukan manusia tergantung sejauhmana ia
dapat memanfaatkan potensi akal dengan baik. Bagi yang mampu
mengoptimalkan akal dengan baik, dia akan menjadi orang yang sukses di
dunia dan di akherat. Dia akan menjadi khalifah bagi dirinya sendiri,
bagi keluarganya, bagi lingkungan, serta bagi bangsanya. Orang-orang
model begini yang disabdakan Nabi SAW sebagai orang yang paling baik
karena bermanfaat bagi sekitarnya.
Memang sayang, jenis orang seperti ini, masih tergolong sedikit
karena jumlahnya tidak lebih dari 1 persen. Meski jumlahnya sedikit,
namun orang-orang model begini dapat mewarnai kehidupan dengan baik.
Dan sebaliknya orang yang tidak mendayagunakan akal secara optimal,
akan menjadi manusia yang rata-rata, tidak berkembang, pasif, tidak
maju, kendur, dan tidak sukses. Jenis orang seperti ini sangat banyak
ditemukan di Indonesia bahkan masih menjadi mayoritas hingga saat ini.
Lantaran itu tidak mengherankan bila bangsa ini, setidaknya sampai saat
ini, masih masuk dalam kategori bangsa berkembang (padahal usia
kemerdekaan bangsa sudah 65 tahun) karena tidak memiliki pribadi-pribadi
yang handal. Sumber daya manusia kita masih tertinggal jauh dengan
negara tetangga seperti Singapura. Bahkan dengan Vietnam pun, kabarnya
kita masih kalah.
Padahal sudah jelas-jelas dalam ajaran Islam-ajaran yang mayoritas
dianut oleh orang Indonesia ini-mengajarkan spirit perubahan yang
ditandai dengan peristiwa hijrah. Ajaran Islam juga mengajarkan bagi
pemeluknya untuk terus mencari ilmu meskipun ke negeri China untuk
peningkatan SDM. Dalam Islam, kedudukan ilmu juga sangat dijunjung
tinggi sebagaimana yang ditegaskan oleh ayat Al Quran bahwa Allah akan
mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.
Tetapi kenapa, kita masih menjadi manusia yang rata-rata? Bisakah
kita mengejar ketertinggalan itu dengan lompatan-lompatan yang cepat
untuk sebuah perubahan yang lebih baik, baik perubahan nasib diri kita
sendiri, keluarga, maupun nasib bangsa ini umumnya?
Jawabannya tentu saja sangat bisa, bisa, dan sangat bisa. Kita bisa
menjadi pribadi-pribadi unggul dan bangsa yang maju melebihi bangsa lain
di belahan dunia manapun asalkan kita mau berubah, kaya kreatifitas,
imajinatif, dan kaya intuitif dengan menanggalkan budaya pasrah yang
salah kaprah.
Rasa optimistis itu yang diyakini Ippho ‘Right’ Santosa dalam buku
terbarunya ini, 7 Keajaiban Rezeki (Rezeki Bertambah, Nasib Berubah
dalam 99 Hari, dengan Otak Kanan). Bagi Ippho, tidak ada yang mustahil
di dunia ini, termasuk mengejar ketertinggalan dan meraih sukses dengan
sangat cepat. Semuanya dapat diraih kalau direncanakan dengan baik.
Kesuksesan tidak sertamerta datang dari langit sebagai pemberian Tuhan.
Kesuksesan harus diperjuangkan karena Tuhan hanya akan memberikan
kesuksesan kepada orang-orang yang bertawakal.
PINTU KESUKSESAN
Salah satu cara untuk membuka pintu kesuksesan dengan cara cepat
menurut Ippho adalah mengoptimalkan otak kanan yang selama ini tidak
diberi kesempatan untuk dominan. Kelemahan kita yang juga berarti
kelemahan SDM bangsa ini, kata Ippho, karena meninabobokan otak kanan
dan memanjakan otak kiri. Padahal kalau mau maju, mau sukses dalam waktu
yang cepat, dan menjadi manusia di atas rata-rata hanya dalam waktu 99
hari, caranya sangat mudah, tidak perlu biaya tinggi. Kita cuma harus
pintar-pintar mengasah dan memaksimalkan otak kanan. Caranya? Mudah
dipahami, otak kanan adalah mata air yang mengalirkan anak-anak sungai
yang bernama kreativitas, intuisi, dan imajinasi. Tidak dapat dielakkan
untuk menjadi lebih kreatif, imajinatif, dan intuitif, maka harus
membersihkan mata airnya, dengan kata lain harus mengasah otak kanan
(hlm 71).
Jadi, jadilah golongan kanan. Golongan kanan yang dimaksud Ippho
sama sekali bukan dalam arti ideologis, tapi golongan kanan yang
dimaksud Ippho adalah mereka yang kuat otak kanannya. Kata Ippho, kalau
kita berhasil menjadi golongan kanan yang tulen, niscaya akan menjadi
sebutir batu permata di tengah gundukan batu kerikil (hlm 72-73). Itu
artinya golongan kanan dapat menjadi pemimpin yang memimpin bawahan
yakni golongan kiri (mereka yang kuat otak kirinya) yang memang
senantiasa ingin menjadi bawahan, tidak inovatif, dan tidak visioner.
Golongan kanan memandang segala sesuatu dalam perspektif yang
optimistis, percaya diri, dan penuh keyakinan. Sebab bagi golongan
kanan, tidak ada yang mustahil di dunia ini asal dilakoni dengan
keyakinan kepada Tuhan. Memiliki perspektif optimistis ini yang membuat
golongan kanan sangat siap menjadi khalifah baik dalam skala kecil
(keluarga) maupun dalam skala global (nasional dan dunia internasional).
Banyak contoh yang diuraikan Ippho dalam buku ini, orang-orang golongan
kanan yang sukses berbisnis hingga mencapai omset miliaran, sukses
memimpin, dan sukses dalam karier.
Ubahlah kebiasaan dengan mengoptimalkan otak kanan dari sekarang
untuk menemukan berbagai lompatan-lompatan diluar perkiraan kita. Ya,
sukses, ya kaya, ya menjadi manusia di atas rata-rata, tidak gampang
menyerah, berani menghadapi risiko, supel, dan mudah berkomunikasi.
Bukankah hal-hal itu juga yang diajarkan ajaran Islam bahwa jadilah umat
yang tangguh di manapun?
Buku 7 Keajaiban Rezeki ini adalah salah satu buku motivasi yang
ditulis oleh motivator sekaligus marketer. Kehadiran buku ini ingin
menegaskan tentang kedahsyatan otak kanan untuk menggugah kesadaran
kita.
Lazimnya buku motivasi, buku ini juga banyak mengupas mengenai
kiat-kiat sukses meraih impian di usia muda. Untuk meyakinkan pembaca,
Ippho menuliskan beberapa profil orang-orang sukses di berbagai bidang.
Kelebihan buku ini ditulis dengan bahasa yang renyah, dialogis, tidak
ribet, sistematis, sehingga mudah dicerna maksudnya oleh para calon
pemenang. Cerita dari bab per bab sangat berbobot lantaran nilai
motivasinya sangat kuat yang mengajak pembaca-sebagai calon pemenang
itu-untuk memetakan mimpi, merencanakan mimpi, sekaligus mewujudkan
mimpi menjadi kenyataan. Ya, benar-benar nyata bukan lagi sekadar mimpi
dan cita-cita. Inilah kitab yang ditulis oleh motivator muda yang
membuka jalan kita untuk dapat menyingkap hijab kesuksesan. Anda mau
sukses dan menjadi manusia di atas rata-rata? Tunggu apa lagi, asah otak
kanan. (*)