Pengusaha kawakan Bob Sadino pernah memberikan kiat sederhana bagi
seorang pemula yang ingin memulai bisnis. Ternyata kuncinya sangat
simple, namun pelaksanaanya tak mudah.
Menurut Bob banyak orang
akhirnya tak memulai-mulai usaha walaupun sudah memiliki modal uang.
Menurutnya setidaknya ada tiga hal penghalang utama seseorang memulai
usaha, yaitu terlalu banyak rencana, menunggu moment yang pas, dan takut
menghadapi risiko bisnis.
Terkait dengan risiko, menurutnya
bisnis hanya bisa dijalankan bila ada keberanian menerima risiko.
Intinya yang paling penting, hilangkan rasa takut, jangan takut.
Seseorang tidak mungkin memulai bisnis bila dia tidak memiliki kemauan
yang kuat, tekad, berani mengambil peluang, tahan banting, dan tidak
lupa untuk bersyukur dan ikhlas.
Terkait hal tadi, berikut ini
ulasan singkat mengenai menakar risiko bagi pemula untuk memulai bisnis.
Kali ini motivator marketing ternama Tung Desem Waringin mencoba memberikan poin-poin penting bagi anda yang ingin memulai bisnis.
Bagaimana menimbang risiko dalam memulai bisnis?
Dalam
memulai suatu Bisnis, yang paling menghambat seseorang bukan modal
ataupun ilmu tetapi adalah rasa takut menghadapi risiko. Apabila kita
mau memulai bisnis harus belajar yang namanya menimbang risiko, dimana
kita dapat tahu dan menilai berapa besar resiko yang akan kita hadapi
ketika memulai bisnis tersebut.
Sering kali seseorang ingin
memulai bisnis, yang menghambat mereka bukan karena kurang ilmunya,
pengetahuan, atau bahkan kurang modal, melainkan rasa takut. Rasa takut
yang menghambat mereka untuk memulai bisnis, kalau kita mau mulai
belajar bisnis alangkah baiknya kita mengenal satu yang namanya
'risiko'.
Risiko dengan beresiko adalah berbeda, Perbedaan risiko dan berisiko
adalah risiko ada 2 unsur, yaitu: pertama besar kecil kemungkinan
terjadinya, yang kedua adalah besar kecil akibatnya, bisa itu positif
atau negatif.
Sedangkan berisiko apabila kita sudah menimbang
risikonya, yaitu besar kecil kemungkinan terjadinya besar kecil akibat
negative dan positifnya. Ternyata risikonya tidak bisa kita terima,
berarti bisnis tersebut beresiko.
Mari kita tes dengan angka,
misalnya Anda mulai bisnis dengan kemungkinan berhasil 1:9. Maksudnya
adalah Anda bisnis 10 kali berhasilnya cuma sekali, yang kesepuluh
bangkrut. Kira-kira Anda mau atau tidak? Tentu saja Anda berbicara tidak
mau, Kenapa tidak mau? Karena Anda merasa kemungkinan gagalnya jauh
lebih besar dan Anda tidak mau terjadi hal seperti itu. Anda lupa
menimbang apa yang perlu Anda timbang? Yaitu besar kecilnya akibatnya
kalau terjadi.
Misalnya begini, kalau bisnis Anda gagal, Anda
cuma bayar satu, tetapi kalau berhasil Anda dapat 50 kali. Mari sekarang
kita hitung lagi, saya ulangi sekali lagi. Kalau Anda tidak berhasil
efeknya paling buruk Anda bayarnya cuma satu.Tetapi sekali berhasil Anda
dapat 50 risikonya, bisa Anda terima.
Mari kita hitung usaha
Anda, 10 kali berhasilnya cuma 1. Berarti Anda gagalnya 9 kali dan Anda
bayar satu, satu saja. Tetapi kalau Anda berhasil dapatnya 50 kira-kira
mau tidak? Jawabannya sudah pasti Mau, berapa kali. Anda pasti mau
sebanyak-banyaknya bisnis dengan kemungkinan berhasil 10 persen. Karena
kalau sekali berhasil Anda dapat 50 kali lipat di banding kalau Anda
gagal sekali. Sekarang ketika mulai bisnis kita akan selalu menimbang
akan hal ini.
Kemungkinan berhasilnya berapa persen dan kemudian
yang kedua adalah akibatnya apa? Kalau saya berhasil saya dapat apa?
Tetapi kalau saya tidak berhasil saya bayar berapa. Berarti tergantung
juga satu unsur lagi dari kondisi keuangan Anda.
Kalau kondisi
keuangan Anda hari ini misalnya 20, Anda mainnya berapa? Misalnya Anda
mainnya dua,dua,dua. Atau Anda mainnya satu,satu. Atau mainnya sepuluh,
sepuluh dan Anda cuma main dua kali saja. Kalau kemungkinan berhasilnya
1:9 atau 10 persen, Anda cuma punya uang 20 Anda harus main dan mainnya
satuan saja. Misalnya Rp 20.000.000 Anda mainnya Rp 1.000.000,
Rp.1.000.000. Tetapi kalau Rp 100.000.000 Anda main Rp10.000.000
,Rp10.000.000 .
Karena rasio keberhasilannya 1:9 main 10 kali 9
kali gagal dan 1 kali berhasil. Mungkin tidak ternyata luput Anda main
Rp20.000.000 dan ikut Rp 1.000.000.Kalau sampai kalah 15 kali pun tidak
masalah. Begitu ke 16 kali menang dan dapat Rp50.000.000 baru seru.
Dengan demikian ketika memulai bisnis Anda mulai tanya, resikonya apa.
Resiko
yang paling buruk, misalnya resiko paling buruk saya kehilangan
sejumlah uang sekian. Saya sudah rela, kemudian kemungkinan berhasilnya
50:50. Dan kalau saya berhasil dapatnya 'Lima kali lipat'.Yang paling
penting saya bisa main 3 kali sampai 4 kali. Sekali menang saya dapat 5
kali lipat.
Dengan memanage risiko seperti ini kita gali
pertanyaan lagi. Misalnya, ketika mau mulai bisnis, akibatnya kalau saya
bisnis ini saya kehilangan Rp100.000.000 , dan Rp100.000.000 masih bisa
saya terima. Tetapi lebih baik Anda tanya lagi supaya kalau Rp
1.000.000 kemungkinan risikonya jauh lebih kecil. Ini bisa tidak pakai
istilah bagi hasil. Tidak harus keluar modal terlebih dahulu, modalnya
bisa dari orang lain terlebih dahulu atau dari supplier Anda.
Sehingga
Anda tidak pakai modal dan kemungkinan Anda ruginya jauh lebih nol lagi
karena sudah tanpa modal sama sekali. Kemudian Anda bisa 'Konsinyasi'
terlebih dahulu, akibatnya kalau Anda tidak laku Anda bisa kembalikan
saja.
Pertanyaan kedua supaya kemungkinan berhasilnya jauh lebih
besar setelah Anda mulai menimbang risiko Anda jangan lupa tanya kedua
hal ini. Karena supaya akibatnya jauh lebih kecil, bisa tidak konsinyasi
dulu atau bisa tidak ada garansinya.Supaya kemungkinan untung jauh
lebih besar, saya harus belajar dengan siapa. Ketika Anda menimbang
seperti ini, hidup Anda akan jauh lebih berani dalam mengambil risiko.
Karena resiko selalu ada dan bisa terjadi dimana-mana.
Misalnya,
Bisa jadi rumah Anda di tabrak pesawat terbang dan Anda mati, mungkin
tidak? Itu mungkin sekali dan pertanyaannya itu risiko dan ini
kemungkinannya kecil.
Atau bisa juga saat ini jika Anda nonton
ramai-ramai bersama saudara Anda mungkin tidak kemungkinannya dapat
terjadi, atau risiko ini terjadi tetapi akibatnya kecil. Misalnya orang
yang seruangan Anda kentut, pasti kan ada efeknya. Ya efeknya itu bau,
kemungkinan terjadinya besar dan itu bisa kita abaikan. Sesuatu hal yang
kita timbang ini kita tidak mampu menerimanya berarti resiko.
Anda
mulai usaha dengan modal Rp 10 Miliar, duit Anda cuma Rp 2 Miliar. Yang
Rp 8 Miliar Anda utang dengan cara Anda gadaikan rumah dan sebagainya,
bahkan Anda hutang kepada mafia dan mafianya kejam sekali. “Awas ya saya
tahu anak mu sekolah dimana kalau ada apa-apa nanti saya incar anakmu”.
Kemudian Anda kerja sama dengan orang yang baru Anda kenal, dan orang
tadi baru 2 bulan keluar dari penjara.
Bagi Anda bisnisnya
berisiko tidak, tetapi dengan kondisi yang sama dan dengan kepemilikan
hartanya lebih banyak. Misalnya Bill Gates modalnya Rp 10 Miliar
kemungkinan berhasilnya hampir nol karena partnernya habis keluar dari
penjara dan dia bergelut di dunia yang baru. Bagi Bill Gates itu
berisiko atau tidak berisiko. Saya simpulkan kalau Anda mau bisnis atau
investasi pertimbangkan risiko atau berisiko.
Kalau risikonya ada
dan Anda terima kemungkinan berhasil dan bisa Anda terima. Kalau Anda
kena resiko lebih kecil maka akibatnya kecil. Dan juga siapa yang bisa
bantu saya saya harus joint sama siapa dan sudah Anda timbang semua
ternyata masih bisa terima risiko dengan misi kekayaan Anda.
Apalagi
kemungkinan kalau menang dapatnya banyak.'Why not'. Makanya saya Tung
Desem Waringin saya sering buka dan tutup perusahaan karena sudah
menimbang risiko, kalau tidak jadi tutup dan kalau jadi meledak lebih
besar.